Drumband SD Dewi Sartika

Drumband SD Dewi Sartika
Dumband SD Dewi Sartika

Sabtu, 02 Februari 2013

CERPEN KARYA SISWA


Aku Cinta Indonesia
Karya M. Krishna Ardiansyah
Kelas III SD Dewi Sartika


Hari Sabtu pagi tanggal 10 November 2012, saya bersiap untuk berangkat ke sekolah melaksanakan upacara bendera memperingati Hari Pahlawan. Upacara berlangsung dengan khidmat diikuti oleh seluruh siswa SD Dewi Sartika. Sepulang dari sekolah, aku melihat acara di TV tentang kisah kepahlawanan arek-arek Suroboyo yang dengan gagah berani melawan penjajah Belanda, mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan diawali pidato Bung Tomo yang berapi-api mengobarkan semangat juang untuk seluruh warga Surabaya dan seluruh rakyat Indonesia lewat radio untuk mengusir penjajah Belanda yang datang kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara sekutu. Semboyan “merdeka atau mati” dan seruan takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar” berkumandang di mana-mana membuatku merinding menyaksikan bagaimana perjuangan arek-arek Suroboyo merobek bendera Belanda di hotel Orange. Mereka merobek warna biru di bagian paling bawah dari bendera Belanda yang semula berwarna merah-putih-biru hingga tinggal warna merah putih, warna bendera kebanggaan bangsa Indonesia dan mereka kibarkan kembali. Aku melihat acara di TV itu didampingi oleh ayah dan ibuku. Ayah menjelasakan bahwa hotel Orange itu sampai sekarang masih ada namun berganti nama menjadi Hotel Majapahit.
“Tempat bersejarah lain di Surabaya adalah Jembatan Merah dan Tugu Pahlawan. Sehari sebelum pecah pertempuran di Surabaya, Hari Kamis tanggal 9 November 1945, pemimpin pasukan sekutu yaitu Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh di Jembatan Merah. Hal ini menyebabkan tentara sekutu yang datang ke Indonesia mengancam akan membumihanguskan Surabaya. Tetapi arek-arek Suroboyo tidak gentar sedikitpun. Lebih baik mati daripada hidup dijajah”. Ayah masih terus melanjutkan ceritanya. Kata ayah, jaman dahulu rakyat Indonesia melawan penjajah dengan menggunakan alat seadanya.  Ada yang menggunakan bambu runcing, parang, pedang dan keris melawan penjajah yang menggunakan senjata yang canggih seperti pistol, senapan dan granat. Atas dasar rasa cinta tanah air kepada bangsa dan negara Indonesai, mereka berjuang demi terwujudnya kemerdekaan yang sekarang dapat kita nikmati hasilnya. Dan jangan lupa bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan anugerah Allah SWT yang harus disyukuri.
Ibukupun menjelaskan, Presiden pertama Indonesia, Bapak Soekarno mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”. Melihat aku bingung mendengan penjelasan ibu, ibupun melanjutkan penjelasannya, kita sekarang tinggal menikmati kemerdekaan yang merupakan hasil perjuangan para pahlawan kita dahulu. Ibu kemudian bertanya kepadaku, “ Mau tahu cara menghormati jasa para pahlawan kita yang telah gugur berjuang demi kemerdekaan Indonesia?”. Akupun mengangguk sambil menunggu jawaban dari ibu. Ibu menjelaskaan bahwa sebagai pelajar, tugas utamaku adalah belajar. Kemudian aku balik bertanya kepada ibu, “Apa hubungannya antara belajar dengan menghormati jasa para pahlawan?”. Ibu menjawab bahwa aku dan pelajar lainnya menimba ilmu di sekolah, dibimbing oleh bapak dan ibu guru, suatu saat nanti ilmu yang kita pelajari itu dapat bermanfaat bagi kita. Kita bisa membuat barang-barang yang bisa bermanfaat untuk orang banyak. Contohnya kakak-kakak mahasiswa ITS yang mampu merakit mobil tenaga surya, kakak-kakak SMK Solo yang merakit mobil ESEMKA hingga dijual di pasaran.
Ibupun melanjutkan bahwa banyak siswa dari Indonesia yang mampu menjuarai olimpiade matematika dan fisika di tingkat Internasional. Mereka adalah contoh pelajar yang mengharumkan nama sekolah dan juga nama bangsa Indonesia. Banyak anak Indonesia yang bercita-cita menjadi dokter, guru, pilot, tentara, bahkan ada yang bercita-cita ingin menjadi presiden. Bila semua anak Indonesia tekun belajar dan bisa mewujudkan cita-citanya, betapa bahagianya para pahlawan kita. Tidak sia-sia mereka mengorbankan nyawa mereka demi kemerdekaan bangsa ini.
Akupun bertanya, “ Bagaimana bisa menjadi anak yang berprestasi?”. Ibupun menjawab, “Tekun belajar di sekolah, tidak gaduh di kelas, memperhatikan dengan seksama apa yang diterangkan oleh bapak dan ibu guru serta rukun dan saling membantu dengan teman sekelas. Sore hari sepulang mengaji kamu dapat mengulang kembali pelajaran yang diberikan bapak dan ibu guru. Jangan lupa untuk mengerjakan PR yang diberikan bapak dan ibu gurumu”. Aku mendengarkan nasihat ibu dengan seksama.
“Bu, apalagi contoh sikap mencintai tanah air dan bangsa?”, tanyaku. Ibu berpikir sejenak sambil kemudian berkata, “Melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia”. “Oh, iya bu aku ingat bu guru pernah menerangkan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, adat istiadat dan agama”. Ibupun mengangguk sambil berkata’ “Benar sekali, dulu para pahlawan kita pun juga berasal dari berbagai suku dan agama, tetapi mereka bisa bersatu melawan penjajah”. Aku kembali teringat dengan pelajaran PKN yang diajarkan bu guru tentang Sumpah Pemuda. Dahulu, pada tahun 1928, para pemuda dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan dari pulau-pulau lainnya mengucapkan ikrar yang disebut Sumpah Pemuda. Mereka bersatu padu mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai semboyan yang tertulis pada pita di lambang negara kita, Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Masih ingatkan, di setiap peringatan Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober, Hari Kartini tanggal 21 April ataupun hari libur nasional lainnya sekolah, kampung-kampung, kantor, pusat-pusat perbelanjaan, stasiun TV, memperingati dengan berbagai acara seperti mengadakan karnaval atau pentas seni yang mementaskan aneka ragam kesenian dari seluruh daerah di Indonesia. Ini merupakan salah satu cara rakyat Indonesia mengungkapkan kecintaan dan kebanggaan mereka atas kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam. Aku tersenyum mendengarkan penjelasan ibu, sambil teringat sewaktu aku masih TK A, aku ingat mengikuti karnaval memakai baju adat Bali. Aku ingat lagi, sewaktu masih TK B aku memakai baju adat Padang. Waktu kelas 1, aku mengikuti karnaval memakai baju adat Kalimantan dan sewaktu kelas 2, aku mengikuti pentas seni menari bersama teman-teman sekelas, tarian Papua. Subhanallah, memang alam Indonesia begitu kaya dan beraneka ragam budaya.
Dari penjelasan yang diberikan ayah, ibu dan pelajaran yang disampaikan ibu guru di sekolah, akupun semakin bangga dan bersyukur bahwa aku terlahir di Indonesia yang telah merdeka. Terima kasih para pahlawanku. Aku berjanji untuk belajar lebih rajin, mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang bermanfaat serta melestarikan kebudayaan bangsa Indonesai. Sambil tersenyum bangga, aku berucap dalam hati, “Aku Cinta Indonesia”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar