Aku Cinta Indonesia
Karya M. Krishna
Ardiansyah
Kelas III SD Dewi
Sartika
Hari Sabtu pagi tanggal 10 November
2012, saya bersiap untuk berangkat ke sekolah melaksanakan upacara bendera
memperingati Hari Pahlawan. Upacara berlangsung dengan khidmat diikuti oleh
seluruh siswa SD Dewi Sartika. Sepulang dari sekolah, aku melihat acara di TV
tentang kisah kepahlawanan arek-arek Suroboyo yang dengan gagah berani melawan
penjajah Belanda, mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan diawali
pidato Bung Tomo yang berapi-api mengobarkan semangat juang untuk seluruh warga
Surabaya dan seluruh rakyat Indonesia lewat radio untuk mengusir penjajah
Belanda yang datang kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara sekutu.
Semboyan “merdeka atau mati” dan seruan takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar”
berkumandang di mana-mana membuatku merinding menyaksikan bagaimana perjuangan
arek-arek Suroboyo merobek bendera Belanda di hotel Orange. Mereka merobek
warna biru di bagian paling bawah dari bendera Belanda yang semula berwarna
merah-putih-biru hingga tinggal warna merah putih, warna bendera kebanggaan
bangsa Indonesia dan mereka kibarkan kembali. Aku melihat acara di TV itu
didampingi oleh ayah dan ibuku. Ayah menjelasakan bahwa hotel Orange itu sampai
sekarang masih ada namun berganti nama menjadi Hotel Majapahit.
“Tempat bersejarah lain di
Surabaya adalah Jembatan Merah dan Tugu Pahlawan. Sehari sebelum pecah
pertempuran di Surabaya, Hari Kamis tanggal 9 November 1945, pemimpin pasukan
sekutu yaitu Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh di Jembatan Merah. Hal ini
menyebabkan tentara sekutu yang datang ke Indonesia mengancam akan
membumihanguskan Surabaya. Tetapi arek-arek Suroboyo tidak gentar sedikitpun.
Lebih baik mati daripada hidup dijajah”. Ayah masih terus melanjutkan
ceritanya. Kata ayah, jaman dahulu rakyat Indonesia melawan penjajah dengan
menggunakan alat seadanya. Ada yang
menggunakan bambu runcing, parang, pedang dan keris melawan penjajah yang
menggunakan senjata yang canggih seperti pistol, senapan dan granat. Atas dasar
rasa cinta tanah air kepada bangsa dan negara Indonesai, mereka berjuang demi
terwujudnya kemerdekaan yang sekarang dapat kita nikmati hasilnya. Dan jangan
lupa bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan anugerah Allah SWT yang harus
disyukuri.
Ibukupun menjelaskan, Presiden
pertama Indonesia, Bapak Soekarno mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghormati jasa para pahlawannya”. Melihat aku bingung mendengan
penjelasan ibu, ibupun melanjutkan penjelasannya, kita sekarang tinggal
menikmati kemerdekaan yang merupakan hasil perjuangan para pahlawan kita
dahulu. Ibu kemudian bertanya kepadaku, “ Mau tahu cara menghormati jasa para
pahlawan kita yang telah gugur berjuang demi kemerdekaan Indonesia?”. Akupun
mengangguk sambil menunggu jawaban dari ibu. Ibu menjelaskaan bahwa sebagai
pelajar, tugas utamaku adalah belajar. Kemudian aku balik bertanya kepada ibu,
“Apa hubungannya antara belajar dengan menghormati jasa para pahlawan?”. Ibu
menjawab bahwa aku dan pelajar lainnya menimba ilmu di sekolah, dibimbing oleh
bapak dan ibu guru, suatu saat nanti ilmu yang kita pelajari itu dapat
bermanfaat bagi kita. Kita bisa membuat barang-barang yang bisa bermanfaat
untuk orang banyak. Contohnya kakak-kakak mahasiswa ITS yang mampu merakit mobil
tenaga surya, kakak-kakak SMK Solo yang merakit mobil ESEMKA hingga dijual di
pasaran.
Ibupun melanjutkan bahwa banyak
siswa dari Indonesia yang mampu menjuarai olimpiade matematika dan fisika di
tingkat Internasional. Mereka adalah contoh pelajar yang mengharumkan nama
sekolah dan juga nama bangsa Indonesia. Banyak anak Indonesia yang bercita-cita
menjadi dokter, guru, pilot, tentara, bahkan ada yang bercita-cita ingin
menjadi presiden. Bila semua anak Indonesia tekun belajar dan bisa mewujudkan
cita-citanya, betapa bahagianya para pahlawan kita. Tidak sia-sia mereka
mengorbankan nyawa mereka demi kemerdekaan bangsa ini.
Akupun bertanya, “ Bagaimana bisa
menjadi anak yang berprestasi?”. Ibupun menjawab, “Tekun belajar di sekolah,
tidak gaduh di kelas, memperhatikan dengan seksama apa yang diterangkan oleh
bapak dan ibu guru serta rukun dan saling membantu dengan teman sekelas. Sore
hari sepulang mengaji kamu dapat mengulang kembali pelajaran yang diberikan
bapak dan ibu guru. Jangan lupa untuk mengerjakan PR yang diberikan bapak dan
ibu gurumu”. Aku mendengarkan nasihat ibu dengan seksama.
“Bu, apalagi contoh sikap
mencintai tanah air dan bangsa?”, tanyaku. Ibu berpikir sejenak sambil kemudian
berkata, “Melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia”. “Oh, iya bu aku ingat bu
guru pernah menerangkan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam
suku, adat istiadat dan agama”. Ibupun mengangguk sambil berkata’ “Benar
sekali, dulu para pahlawan kita pun juga berasal dari berbagai suku dan agama,
tetapi mereka bisa bersatu melawan penjajah”. Aku kembali teringat dengan
pelajaran PKN yang diajarkan bu guru tentang Sumpah Pemuda. Dahulu, pada tahun
1928, para pemuda dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan dari
pulau-pulau lainnya mengucapkan ikrar yang disebut Sumpah Pemuda. Mereka
bersatu padu mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai semboyan yang
tertulis pada pita di lambang negara kita, Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda
tetapi tetap satu jua.
Masih ingatkan, di setiap
peringatan Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, Hari Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober, Hari Kartini tanggal 21 April ataupun hari libur nasional lainnya
sekolah, kampung-kampung, kantor, pusat-pusat perbelanjaan, stasiun TV,
memperingati dengan berbagai acara seperti mengadakan karnaval atau pentas seni
yang mementaskan aneka ragam kesenian dari seluruh daerah di Indonesia. Ini
merupakan salah satu cara rakyat Indonesia mengungkapkan kecintaan dan
kebanggaan mereka atas kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam. Aku
tersenyum mendengarkan penjelasan ibu, sambil teringat sewaktu aku masih TK A,
aku ingat mengikuti karnaval memakai baju adat Bali. Aku ingat lagi, sewaktu
masih TK B aku memakai baju adat Padang. Waktu kelas 1, aku mengikuti karnaval
memakai baju adat Kalimantan dan sewaktu kelas 2, aku mengikuti pentas seni
menari bersama teman-teman sekelas, tarian Papua. Subhanallah, memang alam
Indonesia begitu kaya dan beraneka ragam budaya.
Dari penjelasan yang diberikan
ayah, ibu dan pelajaran yang disampaikan ibu guru di sekolah, akupun semakin
bangga dan bersyukur bahwa aku terlahir di Indonesia yang telah merdeka. Terima
kasih para pahlawanku. Aku berjanji untuk belajar lebih rajin, mengisi
kemerdekaan ini dengan hal-hal yang bermanfaat serta melestarikan kebudayaan
bangsa Indonesai. Sambil tersenyum bangga, aku berucap dalam hati, “Aku Cinta
Indonesia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar