Drumband SD Dewi Sartika

Drumband SD Dewi Sartika
Dumband SD Dewi Sartika

Selasa, 04 Maret 2014

GURU YANG BAIK

Salah satu harapan orangtua menyekolahkan anaknya adalah kelak anaknya akan mandiri. Ya, walaupun dalam kenyataannya kita sering menemukan apa yang dilakukan orangtua bertentangan dengan harapannya tadi. Tapi kita tidak sedang akan membahas hal tersebut. Kenapa sugesti, bukan dogma? Pentingkah sugesti? Belajar adalah usaha untuk mengembangkan diri. Usaha untuk mengembangkan diri, bukan orang lain. Tentu saja pernyataan ini mengandung arti bahwa belajar adalah kegiatan individual, dilakukan oleh dan untuk diri sendiri, walaupun dalam pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama.
Nah, tugas guru adalah membantu anak supaya bisa belajar, bukan mengajarinya. Hmm, sepertinya ini bertentangan dengan paradigma yang sudah mengakar kuat, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajari orang lain.
Bagaimana supaya anak bisa belajar? Memang cukup rumit mengurai benang kusut sistem pembelajaran pasif. Pasif, karena belajar itu dipandang sebagai menerima. Menerima ilmu, menerima materi, menerima rumus, dan menerima yang lainnya. Jadilah proses belajar sebagai aktifitas menampung dogma. Bahkan yang demikian ini tidak bisa disebut belajar. Tidak ada pengembangan diri.
Supaya bisa belajar, anak harus punya kesempatan. Orang disekelilingnya yang menyediakan kesempatan itu. Orangtua dan guru memberi ruang aktivitas yang luas, dan tidak merampoknya dengan sebuah kata, mengajari.
Setelah punya ruang, anak perlu merasa aman dan nyaman. Lagi-lagi orangtua dan guru yang memberi rasa aman dan nyaman. Jangan sampai orangtua dan guru mengikis perasaan ini. Anak akan merasa aman kalau aktivitasnya sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuannya, jelas apa yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya, untuk bisa belajar anak perlu merasa bisa. Ini sebuah syarat mutlak. Keyakinan bahwa dirinya mampu merupakan bahan bakar yang mampu menghidupkan motivasi dan semangat, juga mengaktifkan neuron-neuron otak. Disinilah sebuah sugesti diperlukan. Guru hendaknya selalu mempompakan keyakinan ini. Tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga tindakan dan ekspresi. Misalnya, selalu menunjukkan wajah optimis dan bergairah kepada setiap anak. Tidak ada perbedaan ekspresi ketika berhadapan dengan seorang anak dan anak yang lain.
Saat mendapat sugesti, anak akan merasa dirinya berharga, mampu, dan mendapat dukungan. Hal ini membuatnya lebih mudah melangkah kerja, sebab mendapat kekuatan luar biasa dari dalam diri, yang kemudian membentuk niat yang kuat. Niat yang kuat akan mendapat dukungan dari lingkungan. Semesta mendukung, kata Yohanes Surya.

Guru yang Baik Memberi Sugesti, Bukan Dogma, dan Memberi Inspirasi Kepada Anak Didiknya Agar Bisa Mengajari Diri Sendiri

SUMBER :KOMPASIANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar